Menumbuhkan Karakter Anak dengan Nilai-Nilai Islam
Di zaman modern ini, pendidikan anak sering kali berfokus pada pencapaian akademik, sementara pembentukan karakter kadang terabaikan. Padahal dalam Islam, tujuan utama pendidikan bukan hanya mencerdaskan akal, tetapi juga menyucikan jiwa dan membentuk akhlak mulia.
Imran Zamakhsyari, S.Kom, S.Pd.I, M.Pd
11/12/20251 min read


Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Al-Bukhari dalam Adabul Mufrad)
Hadis ini menegaskan bahwa inti dari pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak. Anak yang cerdas tetapi tidak berakhlak akan mudah tersesat oleh arus zaman. Sebaliknya, anak yang berilmu dan berakhlak baik akan menjadi cahaya kebaikan di manapun ia berada.
Keteladanan, Kunci Pendidikan Karakter
Anak belajar paling kuat dari contoh nyata, bukan hanya dari kata-kata. Orang tua dan guru adalah cermin pertama bagi mereka.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Hati anak itu bagaikan tanah kosong; apa yang ditanam di dalamnya, itulah yang akan tumbuh.”
Maka, jika anak melihat kejujuran, kesabaran, dan kasih sayang dalam keseharian orang tuanya, nilai-nilai itu akan mengakar dalam dirinya. Sebaliknya, jika yang ia lihat adalah amarah dan kebohongan, hal itu pun mudah tertanam.
Pembiasaan Sehari-hari
Nilai Islam tidak perlu diajarkan dengan ceramah panjang. Ia bisa tumbuh lewat pembiasaan kecil, seperti:
Mengucap salam dan menjawab dengan senyum.
Berdoa sebelum dan sesudah aktivitas.
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Berbagi dengan teman dan menolong sesama.
Menjaga kejujuran dan amanah.
Allah ta’ala berfirman: “Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9–10)
Kebersihan jiwa itu tidak datang tiba-tiba. Ia dibangun dari kebiasaan baik yang dilakukan terus-menerus dengan kesadaran dan bimbingan.
Ilmu dan Iman Harus Seimbang
Islam tidak memisahkan antara ilmu dan iman. Allah ta’ala berfirman:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Anak yang berilmu tetapi kehilangan arah spiritual mudah terjebak pada kesombongan. Sebaliknya, anak yang beriman tanpa ilmu bisa kehilangan daya pikir kritis. Maka, keduanya harus tumbuh beriringan — agar melahirkan generasi yang cerdas dan beradab.
Penutup
Imam Al-Ghazali rahimahullah berkata:
“Anak kecil adalah amanah bagi orang tuanya. Hatinya suci seperti permata, siap dibentuk ke arah mana pun.”
Menanamkan nilai-nilai Islam bukan tugas sehari dua hari. Ia memerlukan doa, kesabaran, dan keteladanan. Ketika anak tumbuh dalam lingkungan yang beriman dan berakhlak, ia akan menjadi pribadi yang lembut hatinya, kuat pikirannya, dan siap menghadapi zaman dengan cahaya iman.
“Didiklah anak-anakmu, karena mereka diciptakan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu.”
— Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu
© 2025. Medina Islamic School
All Right Reserved